Di saat banyak pihak, khususnya perbankan memandang sebelah mata kalangan muda atau akrab dengan sapaan kaum milenial, --karena dinilai tidak prospektif—Bank Permata justru sebaliknya. Bank yang sejak Januari 2021 lalu masuk kategori Bank Umum Kegiatan Usaha IV (BUKU IV), kini memberikan perhatian lebih kepada generasi muda untuk men-support pengembangan peran atau usaha mereka melalui lima layanan sekaligus.
Kepada kaum milenial --dengan rentang usia 18-34 tahun--, Bank Permata terus menyosiaslisasikan lima layanan terbaiknya lewat PermataME. Tujuannya jelas, untuk mendorong generasi muda tetap optimistis dalam menghadapi setiap tantangan finansial untuk meraih impian mereka
Kelima
layanan yang baru diluncurkan pertengahan April 2021 ini, yakni PermataME Savings, PermataME Credit Card,
PermataME Wealth Management, PermataME KTA, dan PermataME KPR. Kelima
layanan finansial itu dirancang khusus dengan berbagai fitur yang inovatif,
serta program-program menarik di dalamnya. Dengan memanfaatkan solusi finansial
ini, nasabah Bank Permata, khususnya dari kalangan generasi muda, diharapkan
dapat memenuhi kebutuhan finansial mereka sehari-hari.
Komitmen
dan kepedulian Bank Permata kepada kaum milenial ini terungkap dalam jumpa pers
secara virtual (virtual press
conference), di Jakarta, Kamis (15/4/2021). Direktur Retail Banking PermataBank, Djumariah Tenteram, mengatakan,
PermataME didesain untuk memenuhi
kebutuhan finansial generasi muda melalui holistis solusi keuangan mulai dari
menabung, investasi, kemudahan pembayaran dengan kartu kredit, mendapatkan
pembiayaan kredit tanpa agunan, dan pembiayaan rumah atau apartemen.
“Selain
itu, melalui kampanye #CantStopME,
kami ingin terus tetap relevan, serta mendorong generasi muda di Indonesia
untuk terus optimistis menghadapi tantangan finansial mereka, bersama solusi
perbankan yang ditawarkan oleh PermataME,”
ujar Djumariah.
Korban Pandemi
Dijadikannya
kaum muda sebagai sasaran mematri komitmen sekaligus target penetrasi pasar
oleh Bank Permata, tentu bukan tanpa alasan. Dampak pandemi Covid-19 yang
berlangsung sejak Maret 2020 terbukti telah memorakporandakan tatanan ekonomi
di berbagai sektor dan level kehidupan masyarakat, termasuk kalangan kawula
muda. Ya, kawula muda atau kaum milenial juga menjadi korban yang harus menelan
pil pahit dalam perekomian, khususnya aspek finansial mereka.
Keadaan
pandemi telah mengubah mimpi dan ambisi yang dibangun oleh generasi muda.
Mengutip TransUnion Wave 10 Pulse Survey,
July 2020, ternyata 54% anak muda yang mulai membangun finansialnya
terpaksa kembali memulai dari awal, karena diterpa oleh keadaan yang kurang
menentu akibat pandemi dan 22% di antaranya merasa vulnerable secara finansial. Mereka terus berusaha untuk mencari
solusi yang dapat memudahkan mereka untuk membangun mimpi walaupun dalam kondisi
penuh keterbatasan.
Psikolog
Klinis Inez Kristanti sepakat, dampak pandemi Covid-19 secara riil juga menimpa
kaum milenial. Karena itu, mereka perlu pendampingan untuk bisa kembali bangkit
dari masa sulit, serta memantik optimisme untuk mempertegas eksistensi dan
peran, lewat solusi finansial dan dunia usaha yang mereka geluti. Itulah
sebabnya, ia mengapresiasi inisiatif manajemen Bank Permata yang telah
merancang konsep kepedulian dan membantu kawula muda lewat program solutif yang
dikelola.
Membaca
fenomena tersebut, Bank Permata menunjukkan kejeliannya untuk membingkai
kepedulian dengan hadir sebagai solusi mengatasi berbagai permasalahan kaum
muda, khususnya terkait aspek finansial untuk menopang mereka dari keterpurukan
yang berkepanjangan.
Pesan
#CantStopME yang diusung oleh Bank
Permata merupakan bentuk nyata dukungan terhadap generasi muda Indonesia dalam
menghadapi tantangan kehidupan mereka sehari-hari, seperti terkait pekerjaan,
cicilan, hingga gaya hidup. Lebih dari itu, melalui kelima produk unggulan PermataME yang diluncurkan pertengahan
April ini, diharapkan dapat mereka manfaatkan sebagai solusi finansial untuk
menjaga optimisme dalam meraih impian.
Sangat
mungkin, kepedulian Bank Permata terhadap kaum milenial ini akan membuka mata
dunia, bahwa persepsi besarnya potensi mereka untuk berkontribusi kepada bangsa
dan masyarakat, tak bisa dipandang sebalah mata. Dari program PermataME, juga sangat mungkin bakal
lahir pengusaha-pengusaha muda andal yang awalnya di-support oleh kredit tanpa agunan (KTA).
Peran
KTA dari program PermataME, di
antaranya tentu sangat mendukung pengembangan usaha, khususnya untuk memperkuat
permodalan. Dukungan KTA akan memberikan pengalaman terbaik untuk generasi muda
dalam mewujudkan impian mereka. Sebab, KTA bisa untuk pengajuan dana tunai yang
mudah dan cepat. Proses pengajuan 100% bisa dilakukan secara online melalui aplikasi PermataMobile X.
Sekali
lagi, tren pandemi yang mulai membaik diharapkan membangkitkan optimisme kaum
muda untuk memberikan kontribusi positif kepada bangsa dan masyarakat, lewat
dunia usaha yang mereka geluti. Dengan semangat membara untuk bangkit dari
keterpurukan, kaum milenial ini akan membuktikan dirinya sebagai figur yang
tidak bisa dipandang sebelah mata, apalagi dipinggirkan. Mereka ada dan siap
hadir, serta memberikan kontribusi positif bagi bangsa dan masyarakat negeri
ini.
Mendongkrak Stagnasi
Diluncurkannya
program yang secara khusus memberikan perhatian kepada kaum milenial merupakan timing yang pas untuk mengoptimalkan
perbankan, khususnya dari segmen penyaluran kredit. Sebab, pandemi Covid-19
yang berlangsung sejak Maret 2020 dan belum diketahui kapan berakhir secara
tuntas, terbukti telah melemahkan sektor perekonomian, termasuk perbankan.
Fungsi
perbankan, khususnya dalam penyaluran kredit untuk menopang pengembangan
perekoniman dan dunia usaha, terbukti stagnan, bahkan cenderung menurun selama
masa pandemi. Ini terjadi karena permintaan kredit dari debitur, khususnya dari
kalangan pelaku usaha juga drop
akibat iklim bisnis yang secara makro mengalami tren penurunan. Perbankan
jadinya over likuiditas, karena kesulitan
menyalurkan kredit.
Data
Bank Indonesia (BI) menunjukkan, sepanjang 2020 yang menjadi tahun suram akibat
pandemi Covid-19, kredit perbankan masih terkontraksi sebesar -2,41% secara
tahunan atau year
on year (yoy).
Bahkan, data terbaru BI mencatat, kredit perbankan masih terkontraksi -2,3% yoy per Februari 2021 menjadi Rp 5.417,3
triliun. Ini membuktikan, bahwa tren penurunan kredit perbankan tak bisa
dimungkiri selama masa pandemi ini.
Bagaimana
Bank Permata menyikapi hal ini? Meski secara umum kredit perbankan nasional
mengalami kontraksi, Bank Permata sepertinya tak terlalu risau. Terbukti laju
kredit bank ini tetap saja mengalami
kenaikan. Bahkan tahun 2021 ini, manajemen bank berkode emiten BNLI ini berani
mematok target kredit seiring dengan terget Kementerian Keuangan dan BI.
Sepanjang
tahun 2020 –di masa pandemi-- Bank Permata mampu mencatatkan penyaluran kredit
sebesar Rp 118 triliun. Nilai itu meningkat 9,2% dibandingkan dengan
periode yang sama tahun sebelumnya, 2019. Meski berhasil mencatatkan
pertumbuhan kredit yang relatif bagus pada tahun 2020, tahun 2021 ini Bank
Permata tak terlalu agresif mengejar pertumbuhan kreditnya.
Direktur
Keuangan Bank Permata, Lea Setianti Kusumawijaya, menyatakan optimistis, bahwa
pemulihan ekonomi akan berjalan dengan baik, sehingga bisa mendukung bisnis
bank tahun ini. Karena itu, target pertumbuhan kredit maupun aset Bank Permata
pun tak jauh dari target kredit yang dicanangkan oleh Kementerian Keuangan (Kemenkeu)
dan BI. Awalnya Kemenkeu maupun BI menargetkan pertumbuhan kredit perbankan sebesar
7% hingga 8% di 2021. Namun, target itu lalu direvisi menjadi 5% hingga
7%.
“Target
pertumbuhan kredit dan aset Bank Permata kurang lebih akan similar dengan apa
yang dicanangkan oleh para regulator tersebut. Harapannya kita bisa lebih baik,
karena kita memiliki sinergi dengan Bangkok Bank PLC yang memiliki business
proposition yang kuat di perbankan korporasi maupun nasabah on
board dari Bangkok Bank Indonesia,” papar Lea dalam konferensi pers
secara virtual, Jumat (26/3/2021) lalu.
Seiring
dengan penyaluran kredit, Bank Permata akan menyesuaikan pertumbuhan dana pihak
ketiga (DPK) sesuai dengan manajemen likuiditas bank. Bank Permata, lanjut Lea,
akan menjaga loan to deposit ratio (LDR) di level 80% hingga 85%.
Sementara
total DPK Bank Permata hingga 2020 tumbuh sebesar 18,4% yoy dari Rp 112,9 triliun pada 2019 menjadi Rp 145,6 triliun.
Adapun kontribusi terbesar dari pertumbuhan produk Giro sebesar 25,3%, diikuti
oleh Tabungan dan Deposito masing-masing 13,5% dan 17,1% yoy.
Di
sisi rasio likuiditas loan to deposit ratio
(LDR) tercatat sebesar 79% pada Desember 2020 dan rasio CASA (current account saving account) atau perbandingan antara jumlah giro dan
tabungan dengan jumlah total DPK, menjadi 51,2%, meningkat
54 basis poin dibandingkan periode yang sama setahun sebelumnya.
Pandemi
Covid-19 terbukti telah menorehkan dampak buruk bagi perekonomian nasional, khususnya bagi
pilar-pilar dunia bisnis, termasuk dunia perbankan. Tetapi, Bank Permata
berhasil membuktikan dirinya sebagai lembaga keuanagan yang survive, bahkan mencatatkan kinerja
positif sepanjang tahun 2020. Tak berlebihan jika tahun 2021 ini paling tidak
apa yang telah dicapai tahun lalu bisa dipertahankan, bahkan kalau bisa
ditingkatkan.
Inovasi
pun terus dilakukan untuk menjaga stabilitas kinerja baiknya. Lebih dari itu,
Bank Permata siap memberikan nilai lebih dengan mematri komitmen memfasilitasi
kaum milenial untuk bangkit dan berkembang di dunia bisnis dan menggapai
impiran mereka. Pada gilirannya, mereka siap memberikan kontribusi positif bagi
bangsa dan masyarakat negeri ini. (Suhartoko)
No comments:
Post a Comment