Monday, January 6, 2020

Kontrak Kerja dengan Tuhan



Mengawali masuk kerja pascaliburan tahun baru, 2 Januari 2020, saya berkesempatan mengikuti rapat yang melibatkan para manajer dan pimpinan perusahaan. Rapat tidak berlangsung di kantor perusahaan tempat saya bekerja sehari-hari, tetapi di kantor induk perusahaan (holding company), yakni PT Jatim Grha Utama (JGU), salah satu Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Pemprov Jatim).

Dipimpin langsung oleh Direktur Utama PT JGU, Pak Mirza Muttaqin, rapat diawali dengan penyampaian pesan khusus Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa seputar kinerja perusahaan dan bagaimana upaya pembenahan pengelolaannya ke depan sehingga bisa berkembang sesuai harapan bersama. Maka, rapat bernuansa diskusi itu pun fokus merumuskan langkah-langkah terobosan sebagai upaya akselerasi pengembangan perusahaan.

Di antara dialog interaktif di forum rapat ini, saya tergelitik dengan pesan Pak Dirut terkait pengembangan sumber daya manusia (SDM) perusahaan. Pesan-pesan normatif, seperti perlunya komitmen dan konsistensi, serta kerja keras penuh tanggung jawab dalam bekerja mendapat perhatian dalam pesan itu. Namun, bagi saya itu biasa-biasa saja. Sebab, memang begitulah sikap dan laku yang seharusnya dipegang teguh oleh awak perusahaan, baik para karyawan maupun pimpinan atau manajemen perusahaan.

Yang menjadi luar biasa bagi saya adalah, bahwa di antara pesan itu terselip spirit pelibatan Tuhan dalam kerja sehari-hari. Dikatakan, kontrak kerja yang ditandatangani oleh karyawan dan pimpinan perusahaan, sesungguhnya tidak saja menjadi kesepakatan kedua belah pihak (karyawan dan manajemen perusahaan), tetapi juga dengan Tuhan, sekaligus. Tuhan mengetahui dan menyaksikan bagaimana kinerja SDM dalam perusahaan.

Ini spirit luar biasa, menurut saya. Kesepakatan bipartite antara karyawan dan perusahaan yang disaksikan langsung oleh Tuhan dan para malaikatnya, jika dijadikan pondasi dalam bekerja, maka akan kokohlah bangunan kinerja yang akan dihasilkan. Kalau spirit ilahiyah (pelibatan Tuhan) sudah mengaliri darah dan nafas pekerja dan pengelola perusahaan, maka tidak akan ada kecurangan dan praktik kerja yang koruptif, tidak akan ada penzaliman, juga tidak akan ada penggerusan hak dan terjadilah berimbangan dengan kewajiban masing-masing. Rasa aman dan nyaman pun bakal dirasakan oleh para pihak yang terlibat dalam proses pekerjaan dan manajemen.

Kalau sudah demikian, manajemen perusahaan, khususnya HRD (Human Resources Departement/Divisi Sumber Daya Manusia/Kepersonaliaan) tidak perlu sudah-susah melakukan pembinaan kepada para karyawan. Sebab, pelibatan Tuhan dalam etos kerja, baik dari unsur karyawan maupun manajemen, pada hakikatnya telah berlangsung pembinaan mental (bintal) plus. Nilai tambah (plus) itu berupa berlangsungnya bintal yang diperkuat dengan dimensi spiritual. Pengawasan dan pengawalan kinerja SDM tidak perlu dilakukan oleh HRD, namun cukup diserahkan kepada masing-masing personel yang ada. Sebab, Masing-masing personel akan merasa diawasi oleh Tuhan yang sejak awal telah “dilibatkan” dalam kontrak kerja.

Inilah amaliyah ibadah dalam arti luas. Bekerja untuk keluarga yang lazim dipersepsikan sebagai wilayah atau urusan duniawi, akan mengubur batasan-batasan normatif jika diniati sebagai ibadah. Aktivitas kerja pun akhirnya menjadi bagian integral dari ibadah, yang setiap proses perjalanannya selalu menyertakan kehadiran Tuhan. Dalam perspektif ibadah, proses dan hasil dari jerih payah dalam bekerja pada gilirannya akan membersamai amaliyah pelakunya hingga kelak menuju akhirat (ukhrawi).

Jika bekerja dilakukan secara baik, dengan menghadirkan Tuhan dalam setiap prosesnya, maka akan baik pula hasil yang akan dipetik, tidak saja berupa gaji atau imbalan lainnya yang bersifat kebendaan. Jauh lebih dari itu, ia akan menjadi ladang kebajikan yang terus mengalirkan pahala yang bisa dipanen di akhirat kelak. Jika sebaliknya, dampak buruknya pasti juga akan mbandhil (jadi bomerang) kepada pelakunya.

Nah, sebaik-baik pengawasan adalah yang secara riil datang dari diri sendiri. Dan, ini bisa terwujud jika sejak awal masing-masing personel yang terlibat dalam proses pekerjaan, baik dari pihak karyawan maupun manajemen atau pimpinan perusahaan, selalu menghadirkan Tuhan dalam dirimya. Pada gilirannya, kinerja (performance) perusahaan dan SDM-nya pun akan terangkat penuh dengan keberkahan. (*)



Surabaya, 6 Januari 2020

No comments:

Post a Comment

Gresik Baru, Manut Kiai, dan Jebakan Serimoni

Oleh SUHARTOKO Jika awal pemerintahan Kabupaten Gresik -- di bawah kepemimpinan Bupati Fandi Akhmad Yani (Gus Yani) dan Wakil Bupati Amina...

Popular Posts