![]() |
Jajaran direksi dan karyawan Puspa Agro guyub sebelum nyantap jajanan. |
Bisa jadi ini fenomena unik dan tergolong langka. Umumnya,
di banyak institusi atau perusahaan, hari pertama masuk kerja setelah liburan
panjang Hari Raya Idul Fitri (lebaran), diawali dengan open house atau halal
bihalal. Tetapi, yang dilakukan manajemen PT Puspa Agro tidak lazim dalam perspektif
kaca mata publik.
Anak perusahaan PT Jatim Grha Utama (BUMD Provinsi Jawa
Timur) yang didapuk mengelola pusat
perdagangan aneka komoditas berbasis agro/pertanian ini justru membudayakan tradisi
yang tergolong unik dan langka. Apa itu?
Dalam tujuh tahun terakhir, perusahaan ini mempunyai
kebiasaan yang mewajibkan seluruh karyawannya membawa jajanan atau makanan tradisional
pada saat hari pertama masuk kerja pascalebaran (libur Hari Raya Idul Fitri). Seluruh
bawaan itu dikumpulkan di meja rapat, lalu dimakan bareng-bareng, setelah sebelumnya diawali dengan “prosesi dan doa
khusus”.
Karuan, suasana gemuruh dan gayeng pun menyelimuti seisi ruang tempat dihelatnya acara. Jajaran
direksi dan seluruh karyawan bebas memilih dan mengambil jajanan yang mereka
sukai tanpa ada rasa sungkan dan ewuh pekewuh. Walhasil, Suasana akrab penuh kekeluargaan pun terlihat cukup
kental. Tidak kurang dari 50 item atau jenis jajanan tradisional tertumpuk
secara acak di atas meja rapat.
Tumpukan jajanan itu karena sekitar 45 karyawan Puspa Agro
memang berasal dari sejumlah daerah di jatim. Selain dari Surabaya dan Sidoarjo, sebagai base camp Puspa Agro, karyawan
perusahaan ada yang dari Malang, Blitar,
Gresik, Lamongan, Kediri, Nganjuk, Madiun, Ponorogo, Sumenep, dan beberapa
daerah lain.
Menariknya, budaya atau kearifan lokal yang telah dilakukan
dalam tujuh tahun terakhir ini, nyaris menghapus sekat status sosial di
perusahaan. Seluruh awak perusahaan mengumpulkan jajanan yang mereka bawa dari
daerah masing-masing di meja rapat direksi, lalu bareng-bareng menyantapnya.
Tanpa memilah-milah jajanan sesuai jenis dan harganya, jajanan
ditumpuk secara acak di atas meja. Setelah melalui “prosesi dan doa khusus”,
sekitar 45 karyawan dan direksi pun secara tertib mengambil jajanan yang mereka
sukai dan mereka makan bersama-sama. Nyaris tanpa berisik atau aksi rebutan.
Semua kebagian.
Seperti terjadi pada Senin (10/6/2019) siang lalu. Pada hari
pertama kerja pascalibur panjang itu, jajaran direksi dan seluruh karyawan
berbaur di ruang direktur utama. Mereka pun asyik dan larut dalam pusaran kegayengan sambil menikmati jajanan yang
menggunung di atas meja. Tradisi ini sekaligus ditumpangi dengan halal bihalal tipis-tipis keluarga besar
Puspa Agro dengan cara bersalaman dan saling memaafkan.
“Saya minta, tradisi penuh kekeluargaan ini dijaga
kelestariannya. Meski ketika nanti saya sudah tidak ada di Puspa, tolong
tradisi yang bagus ini tetap dijaga, dipertahankan. Inilah semangat
kekeluargaan yang kita bangun di perusahaan, meski dengan cara sederhana,”
pesan Direktur Utama PT Puspa Agro, Abdullah Muchibuddin sebelum memberikan
sinyal “serbu” untuk menyantap lebih dari 50 item jajanan itu.
![]() |
Bareng-bareng nyantap jajanan |
Saya, selaku Humas perusahaan, yang diberi kesempatan untuk
menyampaikan kesan dan pesan, tak menyia-nyiakan momentum ini untuk
menyampaikan maaf atas salah dan khilaf kepada teman-teman karyawan dan jajaran
direksi.
Sebelum detik-detik “penyerbuan” jajanan, saya mengajak para
karyawan untuk mengambil ‘ibrah
(pelajaran) apa saja yang ada di sekitar, sebagai media berinteraksi dengan
Tuhan Yang Maha Pemberi Rezeki. Sebab, berkomunikasi dengan Tuhan, tidak harus
di masjid atau tempat ibadah khusus. Ia bisa dilakukan di manapun kita suka dan dengan media apa saja. Demikian juga dengan
upaya berbenah diri dalam konteks menjajaga hubungan baik dengan sesame,
khususnya para karyawan perusahaan.
“Saya tidak tahu siapa yang menumpuk atau menata jajanan di
meja yang sekarang siap menunggu kita. Ini ada kerupuk goreng pasir yang kita
kenal dengan kerupuk upil. Di tumpukan jajanan ini, saya yakin, harganya jauh
lebih murah dibanding tahu stick yang dikemas bagus ini. Tapi, toh kerupuk yang murah ini ini berada
ditumpukan yang lebih tinggi daripada tahu stick
ini yang harganya lebih mahal, dan tahunya nggak
protes,” ujarnya saya seraya mengangkat dan menunjukkan dua jenis jajanan ini
kepada teman-teman.
Belajar dari filosofi tumpukan aneka jananan itu, saya lalu menganalogikan
sebagai team work dalam perusahaan.
Dalam team work yang solid, seyogyanya
tidak ada pihak yang merasa lebih tinggi atau paling pintar, lalu merendahkan
dan menganggap tidak penting pihak lain. Sebab, semua eleman bergerak dan
menjalankan tugas sesuai fungsi masing-masing.
Bahwa dalam praktik ada peran dan tanggung jawab yang
berbeda, itulah konsekuensi atas keragaman posisi masing-masing pihak. Karena
itu, momen ini bisa bisa dijadikan sarana ngaji
tipis-tipis dan belajar dari tumpukan jajanan atau melalui instrumen apa
saja di sekitar kita, lalu mengambil pelajaran dari setiap fenomena yang ada. (*)
No comments:
Post a Comment