Monday, July 23, 2018

Jasmerah di Bukber PCM Kebomas



Jajaran PCM Kebomas saat Bukber
Jasmerah, jangan sekali-kali meninggalkan sejarah. Ungkapan bijak Proklamator RI, Bung Karno (Presiden pertama RI, Soekarno) ini cukup popular pada zamannya. Ungkapan pembakar semangat itu diucapkan Bung Karno saat pidato terakhirnya pada peringatan Kemerdekaan RI, 17 Agustus 1966.

Hingga kini ungkapan itu kerap diangkat kembali ke permukaan untuk mengingatkan generasi zaman now agar tidak melupakan jasa para pendahulunya. Hal itu bisa terkait dengan patriotism kebangsaan, pendidikan, organisasi dan sebagainya. Intinya, pesan moral yang terkandung di dalamnya adalah sebuah penghargaan yang mesti  diberikan kepada para pendahulu yang telah memberikan kontribusi positif agar tidak begitu saja dilupakan.
Ungkapan Jasmerah juga mencuat dalam ajang Silaturrahim dan Buka Bersama keluarga besar Muhammadiyah Cabang Kebomas, Kab. Gresik, Minggu (3/6/2018) sore. Adalah Ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah Kebomas, Slamet Dalhar, yang mengawali sambutan acara itu dengan mengingatkan yang hadir memenuhi aula SD Muhammadiyah 1 Giri (SD Muri) dengan ungkapan Jasmerah.
Ia mengingatkan, betapa pun persyarikatan ini berkembang seperti sekarang, tentu tak lepas dari jasa para pendiri atau pendahulu yang merintis berdirinya Muhammadiyah di Kebomas. Muhammadiyah Kebomas, juga di daerah lain tidak mungkin berkembang seperti saat ini jika tidak diawali dengan perjuangan keras dan tangguh para perintisnya.
“Maka, sudah selayaknya kita berterima kasih dan memberikan penghargaan kepada mereka dan jangan sekali-kali melupakan jasa baik mereka,” tandas Slamet.
Testimoni Sesepuh
Maka, momentum Silaturrahim dan Buka Bersama ini pun dimanfaatkan untuk mendengarkan testimoni (kesaksian) beberapa sesepuh yang hadir. Dua sesepuh yang mendapat kesempatan menyampaikan testimoni adalah H. Romadlon dan H. Abu Hayan. Dua figur ini termasuk generasi awal yang sejak tahun 60-an sudah menunjukkan kiprahnya dalam gerakan Muhammadiyah di lingkungan Giri, Kebomas dan sekitarnya.
“Saya bersyukur Muhammadiyah sekarang maju pesat. Jadi ingat ketika masa-masa sulit dulu. Karena itu, kita harus terus semangat dalam mengembangkan peran organisasi ini,” kata H. Romadlon.
Beratnya perjuangan pada masa-masa awal juga disampaikan H. Abu Hayan. Ia lalu menceritakan SD Muri yang dirintis mulai 1961 dengan kondisi seadanya, berdinding sesek atau gedhek (anyaman bambu, Red.). Kalau sekarang sudah berubah menjadi gedung megah, tentu melalui proses panjang dan kerja keras dari generasi ke generasi kepemimpinan.
Karena itu, ia minta para penerus Muhammadiyah terus menguatkan komitmen berorganisasi dengan menerapkan ruhnya dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini penting untuk menunjukkan dan membuktikan kepada masyarakat, bahwa kehadiran Muhammadiyah memberikan manfaat, bukan menjadi beban masyarakat.
“Jadikan Muhammadiyah ini sebagai tameng, sebagai perisai dalam bermasyarakat, yang bisa mencegah kalau-kalau hendak berbuat jelek, misalnya mbujuki. Jangan baju dan organisasinya sudah Muhammadiyah, tapi kelakoan-nya (tingkah lakunya, Red.) tidak sesuai dengan yang digariskan Muhammadiyah,” tandasnya seraya mengingatkan, tantangan ber-Muhammadiyah dari masa ke masa akan tambah kompleks.
Sementara Wakil Ketua PDM Gresik, Hilmi Aziz yang hadir dalam acara ini mengingatkan pentingnya peran ranting sebagai basis gerakan persyarikatan. Dikatakan, gerakan riil Muhammadiyah sesungguhnya bertumpu pada peran ranting. Sebab, di rantinglah aktivitas persyarikatan ini bersentuhan langsung dengan masyarakat.
“Interaksi langsung dengan masyarakat secara riil ya di tingkat ranting, Karena itu, pengembangan ranting dan perannya dalam masyarakat menjadi perhatian kami di Pimpinan Daerah,” ujar Hilmi. (*)

Gresik, 3 Juni 2018


No comments:

Post a Comment

Gresik Baru, Manut Kiai, dan Jebakan Serimoni

Oleh SUHARTOKO Jika awal pemerintahan Kabupaten Gresik -- di bawah kepemimpinan Bupati Fandi Akhmad Yani (Gus Yani) dan Wakil Bupati Amina...

Popular Posts