![]() |
Guyub bersama wartawan di Kampung Coklat Blitar |
Inilah puncak kemesraan yang saya rasakan selama menjalankan program relasi
media (media relation) di divisi yang
saya ampu, yakni kehumasan di perusahaan tempat saya bekerja. Saya katakan
begitu karena selama menjani profesi ini, baru kali ini bisa merealisasikan
agenda aksi media tour, liputan
bersama ke lapangan. Dan, inilah --sekali lagi-- puncak kemesraan dalam
berinteraksi dengan teman-teman wartawan yang biasa meliput berita-berita
ekonomi-bisnis.
Berbeda dengan interaksi yang biasa kami lakukan, yakni dengan teknik jumpa pers, kali ini penyampaian program dan informasi perusahaan kami lakukan dengan teknik liputan lapangan untuk melengkapi informasi sebelumnya. Ada empat titik yang menjadi target liputan, yakni sentra/perkebunan belimbing, sentra penghasil telor, sentra/perkebunan kakao, dan koperasi Guyub Santoso di Kampung Coklat yang mengolah biji kakao menjadi aneka produk coklat. Semuanya di wilayah kota dan kabupaten Blitar.
Di sini wartawan tidak hanya menerima aliran informasi satu
arah yang biasa mereka terima lewat jumpa pers atau rilis, tetapi bisa
multi-arah: dari nara sumber perusahaan (komisaris dan direksi), dari para
petani dan peternak, dari koperasi/gabungan kelompok tani, dan bahkan pengamatan
lapangan secara langsung. Interaksi
total dalam menjalankan program relasi media ini sekaligus menghapus kesan,
bahwa korporat akan mendikte wartawan. Penyampaian informasi ini
praktis tanpa sekat dan tanpa tedheng
aling-aling yang saya rancang untuk teman-teman wartawan.
Sebagaimana saya sampaikan kepada jajaran
direksi, media tour yang disambung dengan lomba tulis jurnalistik antarwartawan
ini memiliki manfaat strategis, tidak saja untuk kepentingan menjalin hubungan
((relationship) yang baik dan berkesinambungan
dengan media massa, lebih dari itu,
acara ini juga bermanfaat untuk pengembangan pengelolaan usaha perusahaan.
Sebab, dari naskah yang dilombakan itu, akan tergali masukan yang
kritis-konstruktif. Pasalnya, karya tulis wartawan yang dilombakan bukan
sekadar berita (straight news), tapi
berupa tulisan jurnalistik genre features
atau bahkan laporan mendalam ( indept
reporting).
Meski sempat tertunda dua
pekan, karena harus menyesuaikan waktu pimpinan dengan teman-teman wartawan
untuk menentukan hari H, akhirnya program yang saya rancang pun terlaksana.
Sabtu, 4 April 2015 saya mengeksekusi even Media Tour 2015. Program ini
melibatkan 24 wartawan (dari 24 media). Mereka terdiri atas para wartawan, baik
media lokal maupun nasional, dari media cetak (koran), on line (web site), radio, juga televisi. Mestinya, yang bergabung media tour ini 25 wartawan/media.
Tetapi, di hari H keberangkatan, wakil dari radio Suara Surabaya (SS) minta
maaf tidak bisa mengirimkan reporternya dengan pertimbangan keterbatasan
"pasukan" karena banyak yang cuti.
Untuk mengefektifkan waktu dan memaksimalkan pelaksanaan agenda aksi yang ada, kami sepakat memilih berangkat H-1, yakni Jumat, 3 April 2015. Harapannya, pada hari H, kondisi para wartawan benar-benar bugar karena waktu istirahatnya cukup. Kami juga sepakat berkumpul di halaman gedung Graha Pena (Jawa Pos) bagian depan dan dari sinilah bus yang akan mengantar kami ke Blitar bertolak. Namun, titik keberangkatan sedikit bergesar karena ada permintaan khusus dari komisaris perusahaan tempat saya bekerja, PT Puspa Agro, Pak Erlangga Satriagung yang ingin mentraktir makan dan memberangkatkan kami di restoran Agis di kawasan masjid Al Akbar Surabaya.
Pukul 15.15 WIB, wartawan peserta media tour mulai berdatangan. Saya sendiri sudah stand by sejak pukul 14.30. Setelah para peserta komplet, pukul 16.15 kami bergerak ke restoran Agis untuk menjemput traktiran pak komisaris, hehe. Kami setting tidak lebih dari satu jam di restoran ini. Saya pun wanti-wanti kepada teman-teman wartawan untuk bisa memanfaatkan waktu secara efektif, sehingga bisa sampai Blitar tidak terlalu malam.
Untuk mengefektifkan waktu dan memaksimalkan pelaksanaan agenda aksi yang ada, kami sepakat memilih berangkat H-1, yakni Jumat, 3 April 2015. Harapannya, pada hari H, kondisi para wartawan benar-benar bugar karena waktu istirahatnya cukup. Kami juga sepakat berkumpul di halaman gedung Graha Pena (Jawa Pos) bagian depan dan dari sinilah bus yang akan mengantar kami ke Blitar bertolak. Namun, titik keberangkatan sedikit bergesar karena ada permintaan khusus dari komisaris perusahaan tempat saya bekerja, PT Puspa Agro, Pak Erlangga Satriagung yang ingin mentraktir makan dan memberangkatkan kami di restoran Agis di kawasan masjid Al Akbar Surabaya.
Pukul 15.15 WIB, wartawan peserta media tour mulai berdatangan. Saya sendiri sudah stand by sejak pukul 14.30. Setelah para peserta komplet, pukul 16.15 kami bergerak ke restoran Agis untuk menjemput traktiran pak komisaris, hehe. Kami setting tidak lebih dari satu jam di restoran ini. Saya pun wanti-wanti kepada teman-teman wartawan untuk bisa memanfaatkan waktu secara efektif, sehingga bisa sampai Blitar tidak terlalu malam.
Setelah makan bersama dan dialog
dengan komisaris, bus pariwisata yang membawa kami pun perlahan meninggalkan
area parkir restoran itu menuju Blitar. Pagi harinya saya meminta dua orang
staf untuk “sapu ranjau” dan menyiapkan kamar hotel untuk rombongan, sehingga
sesampai di Blitar, kami tidak lagi ribet
terkait tempat istirahat. Setelah sebelumnya melakukan survey, hotel Puri
Perdana kami pilih sebagai sarana beristirahat bagi teman-teman warnawan dan
panitia media tour.
Lomba Tulis
Jurnalistik
Berbeda dengan acara-acara tour pada umumnya, even Media Tour 2015 ini sesunggughnya jauh dari
kesan happy-happy. Dalam rundown yang saya siapkan, selama sehari
penuh para wartawan justru tenggelam dalam pusaran liputan lapangan. Sebab,
dalam sehari itu, ada empat titik liputan lapangan yang harus dikunjungi.
Karena itu, Sabtu (4 April 2015) pukul 08.00 kami sudah check out dari hotel setelah sebelumnya sarapan.
Keempat sasaran kunjungan kami adalah sentra
perkebunan belimbing di Desa Beringin, Kec. Sanan Kulon, Blitar. Satu setengah
jam kemudian –sejak pukul 08.30—kami bergerak ke sentra penghasil telor di Desa
Jatisari, Kec. Kademangan. Di sini, waktu liputan ter-setting sekitar satu jam. Tepat pukul 11.15 kami pun bergeser ke
perkebunan kakao di Dusun Para’an, Desa Plosorejo, Kec. Kademangan. Di
perkebunan yang menyatu dengan hutan jati ini para wartawan melakukan liputan
dengan mewawancarai beberapa petani kakao yang tergabung dalam koperasi Guyub
Santoso.
Dari perkebunban kakao, liputan berakhir di
komplek Kampung Coklat yang juga menjadi home
base Koperasi Guyub Santoso yang terkenal dengan aneka produk olahan coklat
di Blitar. Bagi Anda penggemar aneka produk coklat, rasanya belum lengkap kalau
belum singgah ke Kampung Coklat ini. Setelah isama (istirahat, salat, dan makan), para wartawan berdialog dengan
ketua dan pengurus koperasi Guyub Santoso. Dialog gayeng yang di tempat semacam pendapa
ini, banyak hal digali oleh para wartawan, termasuk peran ekonomi PT Puspa Agro
dalam ikut serta meningkatkan pendapatan petani melalui akses pasar hasil biji
kakonya. Bahkan, badan usaha milik daerah (BUMD) milik Pemprov Jatim ini telah
mengalokasikan anggarannya untuk membangun pabrik coklat pada 2016.
Dari Kampung Coklat ini, sekitar pukul 16.30
rombongan kembali bertolak ke Surabaya. Kini, saya menunggu sejumlah laporan
atas hasil liputan lapangan dan pengayaan data yang sebelumnya saya siapkan.
Untuk kepentingan lomba tulis jurnalistik ini, saya memberikan tenggat waktu
pemuatan selama dua pekan. Tiga juri yang kenyang dalam dunia kepenulisan
jurnalistik, masing-masing dari dosen Stikosa AWS (Akademi Wartawan Surabaya),
jurnalis kawakan Kompas, dan pegiat
Jaringan Literasi Indonesia (Jalindo) siap bekerja untuk memilih naskah terbaik
yang layak dinobatkan sebagai juara.
Blitar-Surabaya,
4 April 2015
No comments:
Post a Comment