![]() |
Suasana pembelajaran yang enjoy |
Di antara kelompok itu ada yang terlihat tengah bercakap-cakap satu dengan lainnya, secara bergiliran. Pada kelompok lain, mereka tampak seperti tengah menghafal sesuatu, yang juga dilakukan secara bergantian. Saat saya dekati, ternyata sebagian dari mereka tengah melakukan praktik percakapan. Ada kelompok yang menggunakan bahasa Arab. Lainnya ada yang berbahasa Inggris. Sementara yang terlihat seperti menghafal, mereka tengah praktik tahfidz (menghafal) Al Quran.
Itulah pemandangan yang saya saksikan tiap kali memasuki SMP IT (Islam Terpadu) Al Ibrah Gresik. Demikian pula Sabtu, 5 April 2014 lalu saat saya mengantar Nadia ke sekolah yang berlokasi di Jl. Kng. Brotobegoro Timur, Yosowilangun, Gresik Kota Baru (GKB) Gresik. Dian Izza Nadia, nama lengkap Nadia, kini duduk di kelas 6 SD IT Al Ibrah dan memutuskan memilih SMP IT Al Ibrah sebagai sekolah lanjutan setelah kelak lulus SD IT Al Ibrah yang juga dikelola oleh Yayasan Al Ibrah.
Nadia adalah anak ketiga kami yang memutuskan akan
melanjutkan sekolahnya ke SMP IR Al Ibrah. Semula, cewek tomboy yang pintar ngaji ini minta meneruskan ke salah satu SMP
favorit di Gresik,yakni SMPN 1, seperti masnya, Ahmad Shalahuddin Azhar. Entah
apa yang membuatnya balik haluan dan memilih SMP IT Al Ibrah sebagai pijakan
untuk menimba ilmu.setelah lulus SD nanti.
Saya dan ibunya memang tidak sreg jika Nadia meneruskan pendidikannya ke sekolah negeri, meski di
favorit sekalipun, Hal ini setelah melihat out
put kakaknya yang menurut kami hanya “begitu-begitu” saja. Tidak ada
sesuatu yang dibanggakan dari aspek agama. Padahal, untuk jenjang TK dan SD-nya
anak-anak kami semuanya sekolah di sekolah berbasis Islam. Namun, kepada
anak-anak, kami tak pernah memaksakan kehendak dalam memilih sokolah. Demikian
juga terkait pilihan Nadia.
Ketika bulan lalu Nadia mengungkapkan pengen sekolah di SMP IT Al Ibrah, kami
senang bukan kepalang. Kami merasa senang karena dengan meneruskan di sekolah
tersebut, berarti ada kesinambungan dengan apa yang selama ini ia terima di SD.
Apalagi, SMP IT Al Ibrah juga menyiapkan kelas boarding school yang di antaranya mematok target hafal Al Quran minimal
10 juz. Untuk jenjang SD, Yayasan Al Ibrah menargetkan, lulusannya sudah hafal
2 juz, yakni juz 30 dan 29. Alhamdulillah, Nadia mampu
merealisasikan target tersebut.
Literasi
Trilingual
SMP IT Al Ibrah yang baru beroperasi 2012 ini menyiapkan
dua model pembelajaran dalam mengelola peserta didiknya,yakni kelas full day school dan kelas boarding school (berasrama). Nadia
sendiri memilih yang boarding. Pekan
lalu, dilakukan orientasi kepada calon peserta didik dengan melakukan tes
penjajakan untuk beberapa bidang studi, seperti IPA, matematika, bahasa
Indonesia, termasuk tahsin (membaca)
dan tahfidz (menghafal) Al Quran,
serta conversation untuk mengetahui
kemampuan dasar bahasa Inggrisnya. Khusus untuk hafalan Al Quran, lulusan kelas
full day ditarget minimal 3 juz dan
kelas boarding 10 juz.
Yang menarik bagi saya adalah meski tergolong
sekolah baru, sejak dini pengelolanya telah menempatkan literasi sebagai pilar
penting dalam proses pembelajaran. Bahkan, di sekolah dengan slogan Holistic & Qur’anic School ini
kesehariannya diterapkan tiga bahasa sekaligus (trilingual),yakni bahasa Indonesia, Arab, dan Inggris. Meski baru
skala dasar, sekolah ini mencoba membudayakan baca-tulis dalam tiga bahasa
tersebut.
“Kami memang tidak terlalu muluk-muluk dalam hal penerapan trilingual. Tapi paling tidak,kami telah meletakkan kerangka dasar
kepada anak-anak tentang pentingnya tiga bahasa tersebut dalam kehidupan
sehari-hari,” kata M. Mustafak, Kepala SMP IT Al Ibrah.
Apa yang disampaikan Pak Musyafak itu boleh jadi sebagai
sesuatu yang biasa-biasa saja. Tapi, bagi saya selaku orang tua, pembudayaan
literasi sejak dini merupakan langkah awal yang luar biasa. Apalagi, budaya
literasi itu didesain secara sistemik sebagai upaya pembekalan dan pembiasaan
kepada peserta didik. Saya membayangkan, betapa kelak Nadia mampu berkomunikasi
baik lisan maupun tertulis, tidak saja bahasa Indonesia sebagai bahasa ibu,
tetapi sekaligus bahasa Arab dan Inggris. Lebih dari itu, Nadia kelak saat
lulus SMP juga hafal Al Quran minimal 10 juz. Waow …sesuatu banget, menurut saya.
Sebagai bentuk empati saya atas model pembelajaran
di SMP ini, saya menawarkan diri dan mengajak kepala sekolah untuk merancang program
untuk mendorong dan mengawal baik guru maupun siswanya untuk gemar menulis.
Saya berharap, sekolah ini benar-benar menjadi panggung literasi, baik untuk
aktivitas membaca maupun menulis. Karena itu, salah satu yang mesti disiapkan
adalah keberadaan perpustakaan dan sarana penunjang yang memadai bagi
percepatan program tersebut.
Gayung pun bersambut. Kepala sekolah membuka diri
bagi upaya pengembangan literasi untuk para guru dan siswa di lingkungan SMP IT
Al Ibrah Gresik. Panggung literasi ini dirancang dengan harapan, para guru dan
siswa memiliki kecakapan dan kemampuan menulis, minimal untuk mengisi rubrikasi
yang disiapkan di majalah sekolah dan web
site. Untuk maksud ini, pelatihan secara intensif akan diberikan kepada
mereka, Semoga panggung literasi yang disiapkan di sekolah ini akan melahirkan aktor-aktor
dengan kemampuan menulis yang mumpuni.
Gresik,
10 April 2014
No comments:
Post a Comment