![]() |
Cover BOOM LITERASI |
Karena itu, bersama sahabat saya, Much. Khoiri yang
biasa saya sapa Kang Emcho dan Eko Prasetyo, kami mematri komitmen untuk
menjadikan buku dimaksud sebagai buku yang secara kualitatif memang layak
dibaca dan kaya pesan moral yang layak pula ditiru dan dikembangkan. Kemampuan
editing pun kami pertaruhkan untuk memoles naskah hingga memasuki pracetak (lay ot) dan siap cetak untuk diterbitkan.
Maka, bersama para penulis, tema pun kami pilih dengan fokus pengembangan literasi, khususnya membaca dan menulis di berbagai elemen masyarakat. Tidak hanya itu, demi menghasilkan naskah yang berkualitas, komunikasi dengan penulis juga kami lakukan secara intensif manakala didapati naskah yang memerlukan informasi tambahan. Salah satu contohnya, ini kami lakukan kepada Dina Hanif Mufidah, guru SMP Muhammaiyah 12 Gresik. Guru berprestasi di dunia literasi ini menulis pengalaman panjangnya sebelum akhirnya menikmati sukses luar biasa dalam berliterasi, khususnya bercerita atau mendongeng.
Oleh Dina, demikian sapaan akrabnya, naskah yang dikirim ke saya via email berisi kisah panjangnya waktu masih kecil yang menginspirasi dirinya hingga memiliki kemampuan mendongeng dan mengantarkannya jalan-jalan ke Vietnam dan Singapura. Tulisan Dina berjudul Inspirasi Sanggar Cerita kebetulan saya yang mengedit. Namun, di tengah proses editing berlangsung, saya merasa ada yang kurang.
Maka, bersama para penulis, tema pun kami pilih dengan fokus pengembangan literasi, khususnya membaca dan menulis di berbagai elemen masyarakat. Tidak hanya itu, demi menghasilkan naskah yang berkualitas, komunikasi dengan penulis juga kami lakukan secara intensif manakala didapati naskah yang memerlukan informasi tambahan. Salah satu contohnya, ini kami lakukan kepada Dina Hanif Mufidah, guru SMP Muhammaiyah 12 Gresik. Guru berprestasi di dunia literasi ini menulis pengalaman panjangnya sebelum akhirnya menikmati sukses luar biasa dalam berliterasi, khususnya bercerita atau mendongeng.
Oleh Dina, demikian sapaan akrabnya, naskah yang dikirim ke saya via email berisi kisah panjangnya waktu masih kecil yang menginspirasi dirinya hingga memiliki kemampuan mendongeng dan mengantarkannya jalan-jalan ke Vietnam dan Singapura. Tulisan Dina berjudul Inspirasi Sanggar Cerita kebetulan saya yang mengedit. Namun, di tengah proses editing berlangsung, saya merasa ada yang kurang.
Karena itu saya minta tambahan tulisan kepadanya
dua hingga tiga alenia sebagai closing naskah. Saya
ingin naskah apik itu tidak sekadar ngglundung
semprong, hanya memuat kisah sukses seorang Dina. Lebih dari itu, naskah
tersebut memiliki daya dorong untuk mengajak orang lain "mewarisi" kepiawaian
Dina dalam mendongeng. Atas permintaan ini, Dina merespon positif. Dan, gak pake lama, ia pun mengirimkan naskah
tambahan dengan poin-poin yang saya pesan. Subhanalloh
...Alhamdulillah.
Ketika sejumlah naskah masuk dan didistribusikan ke Tim Editor, kami kembali berpikir bagaimana membuat judul buku yang efeknya cukup dahsyat bagi upaya pengembangan literasi. Serangkaian pertemuan --yang lebih pas saya sebut cangkrukan-- pun kami lakukan. Kami berdiskusi serius, bahkan tak jarang harus berdebat untuk menemukan judul yang ciamik pooool bagusnya. Setiap judul yang diusulkan harus ada penjelasan argumentasinya, selain filofosi yang dikandungnya. Tak lupa, kami pun men-share ke para penulis via grup milis Ganesa yang selama ini memfasilitasi alumni IKIP/Unesa di grup milis, untuk menggali masukan demi mendapat judul yang bagus dan menggigit.
Terakhir, kami kembali cangkruk di resto Graha Pena, Senin (14/4/2014) kemarin. Dalam cangkrukan yang ditemani cappocino dan lumpiah ini, akhirnya kami memfinalkan judul buku dari beberapa alternatif sebelumnya. Adapun judul yang kami pilih dan pastikan adalah BOOM LITERASI: Menjawab Tragedi Nol Buku.
Mengapa BOOM kami sandingkan dengan LITERASI? Itu kami lakukan dengan harapan,jangan sampai upaya pengembangan literasi ini berjalan setengah-setengah dan anget-anget tahi ayam. Munculnya kata BOOM itu kami harapkan ada gerakan dahsyat yang mampu membuat gaung literasi bisa disebarkan ke berbagai penjuru negeri lewat “hulu ledaknya” yang luar biasa.
Optimisme kami tereksplorasi manakala mencermati naskah yang lahir dari 16 “laskar literasi” yang tergabung dalam proyek penulisan buku keroyokan ini. Mereka ternyata bukanlah para pendongeng atau orator yang lagi kampanya literasi, tetapi menceritakan pengalaman empiris mereka dalam berjibaku dalam dunia literasi, baik lewat budaya bertutur, membaca, apalagi menulis. Sekali lagi, para penulis buku ini tidak sedang berorasi atau omdo (omong doang) tentang dunia literasi, tetapi memberikan contoh, memotivasi, dan menginspirasi siapa saja pembaca khususnya, dan masyarakat pada umumnya untuk terlibat dan mengembangkan budaya literasi. Harapannya, lewat gerakan dan budaya literasi, peradaban bangsa bisa diperbaiki dan ditingkatkan agar sejajar dengan peradaban bangsa-bangsa maju di dunia ini.
Bagaimana dahsyat dan kriuuuuuknya buku ini? Tunggu tanggal terbitnya, insya Alloh pekan I Mei 2014. Untuk mempercepat daya jelajah buku yang dahsyat dan inspiratif ini, kami mengundang para penulis untuk ikut menjadi agen khusus guna mempercepat penyebaran buku ini. Karena itu, Lewat komunitas penulis masing-masing, distribusi buku ini diharapkan cepat berkembang. Selain itu, buku ini juga akan didistribusikan di took-toko buku di Surabaya dan beberapa kota di Jatim.
Ketika sejumlah naskah masuk dan didistribusikan ke Tim Editor, kami kembali berpikir bagaimana membuat judul buku yang efeknya cukup dahsyat bagi upaya pengembangan literasi. Serangkaian pertemuan --yang lebih pas saya sebut cangkrukan-- pun kami lakukan. Kami berdiskusi serius, bahkan tak jarang harus berdebat untuk menemukan judul yang ciamik pooool bagusnya. Setiap judul yang diusulkan harus ada penjelasan argumentasinya, selain filofosi yang dikandungnya. Tak lupa, kami pun men-share ke para penulis via grup milis Ganesa yang selama ini memfasilitasi alumni IKIP/Unesa di grup milis, untuk menggali masukan demi mendapat judul yang bagus dan menggigit.
Terakhir, kami kembali cangkruk di resto Graha Pena, Senin (14/4/2014) kemarin. Dalam cangkrukan yang ditemani cappocino dan lumpiah ini, akhirnya kami memfinalkan judul buku dari beberapa alternatif sebelumnya. Adapun judul yang kami pilih dan pastikan adalah BOOM LITERASI: Menjawab Tragedi Nol Buku.
Mengapa BOOM kami sandingkan dengan LITERASI? Itu kami lakukan dengan harapan,jangan sampai upaya pengembangan literasi ini berjalan setengah-setengah dan anget-anget tahi ayam. Munculnya kata BOOM itu kami harapkan ada gerakan dahsyat yang mampu membuat gaung literasi bisa disebarkan ke berbagai penjuru negeri lewat “hulu ledaknya” yang luar biasa.
Optimisme kami tereksplorasi manakala mencermati naskah yang lahir dari 16 “laskar literasi” yang tergabung dalam proyek penulisan buku keroyokan ini. Mereka ternyata bukanlah para pendongeng atau orator yang lagi kampanya literasi, tetapi menceritakan pengalaman empiris mereka dalam berjibaku dalam dunia literasi, baik lewat budaya bertutur, membaca, apalagi menulis. Sekali lagi, para penulis buku ini tidak sedang berorasi atau omdo (omong doang) tentang dunia literasi, tetapi memberikan contoh, memotivasi, dan menginspirasi siapa saja pembaca khususnya, dan masyarakat pada umumnya untuk terlibat dan mengembangkan budaya literasi. Harapannya, lewat gerakan dan budaya literasi, peradaban bangsa bisa diperbaiki dan ditingkatkan agar sejajar dengan peradaban bangsa-bangsa maju di dunia ini.
Bagaimana dahsyat dan kriuuuuuknya buku ini? Tunggu tanggal terbitnya, insya Alloh pekan I Mei 2014. Untuk mempercepat daya jelajah buku yang dahsyat dan inspiratif ini, kami mengundang para penulis untuk ikut menjadi agen khusus guna mempercepat penyebaran buku ini. Karena itu, Lewat komunitas penulis masing-masing, distribusi buku ini diharapkan cepat berkembang. Selain itu, buku ini juga akan didistribusikan di took-toko buku di Surabaya dan beberapa kota di Jatim.
Serambi Masjid Nurul Islam Gresik, 15 April 2014
No comments:
Post a Comment