Catatan
MASHARTOKO
![]() |
Nadia bersama pelatih (kiri) dan ayah |
Ahad, 10 November 2013 merupakan hari cukup
menghibur buat saya sekeluarga. Di tengah menghadapi cobaan karena anak sulung
saya, Ahmad Shalahuddin Azhar, baru saja kecelakaan, datang kabar
menggembirakan dari adiknya, Dian Izza Nadia. Lewat SMS, Kak Agus, pelatih
Nadia di perguruan silat Pamur, mengabarkan, bahwa Nadia cs tampil sebagai
juara I di Festival Pelajar Sekolah Islam Terpadu (SIT) Se-Jawa Timur.
Ya, bersama Arni, Riska, dan Ifa, Nadia menjadi juara I pada cabang bela diri kategori beregu tingkat sekolah dasar (SD) se-Jawa Timur. Ini menjadi kado khusus pas momentum hari Pahlawan tahun ini, sekaligus menjadi obat atas kepedihan menyusul Aldi, sapaan anak sulung saya, Ahmad Shalahuddin Azhar, yang Jumat (8 November 2013) petang mengalami kecelakaan akibat tabrakan sepeda motor sehingga mematahkan tulang pergelangan tangan kirinya. Alhamdulillah. Tengkyu, putriku Nadia. Tengkyu pendekar cilikku.
Dalam dua pekan terakhir, porsi latihan Nadia bersama tiga temannya di Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Al Ibrah Gresik: Arni, Riska, dan Ifa memang digenjot oleh Kak Agus. Pria berkaca mata yang pelatih Nadia cs di perguruan silat Pamur (Pencak Silat Angkatan Muda Rasio) ini tampaknya memberikan perhatian lebih untuk persiapan kejuaraan antarsekolah member of Jaringan Sekolah Islam Terpadu (JSIT) se-Jawa Timur yang digelar di kampus Universitas Hang Tuah, jl. Arif Rahman Hakim, Surabaya.
Ya, bersama Arni, Riska, dan Ifa, Nadia menjadi juara I pada cabang bela diri kategori beregu tingkat sekolah dasar (SD) se-Jawa Timur. Ini menjadi kado khusus pas momentum hari Pahlawan tahun ini, sekaligus menjadi obat atas kepedihan menyusul Aldi, sapaan anak sulung saya, Ahmad Shalahuddin Azhar, yang Jumat (8 November 2013) petang mengalami kecelakaan akibat tabrakan sepeda motor sehingga mematahkan tulang pergelangan tangan kirinya. Alhamdulillah. Tengkyu, putriku Nadia. Tengkyu pendekar cilikku.
Dalam dua pekan terakhir, porsi latihan Nadia bersama tiga temannya di Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Al Ibrah Gresik: Arni, Riska, dan Ifa memang digenjot oleh Kak Agus. Pria berkaca mata yang pelatih Nadia cs di perguruan silat Pamur (Pencak Silat Angkatan Muda Rasio) ini tampaknya memberikan perhatian lebih untuk persiapan kejuaraan antarsekolah member of Jaringan Sekolah Islam Terpadu (JSIT) se-Jawa Timur yang digelar di kampus Universitas Hang Tuah, jl. Arif Rahman Hakim, Surabaya.
Dikirimnya Nadia cs mewakili SDIT Al Ibrah Gresik
karena bulan lalu keempat cewek imut ini juga menjadi juara I se-Kabupaten
Gresik cabang bela diri kategori beregu khusus perguruan silat Pamur. Sementara
pada kejuaraan se-Jawa Timur ini, pesertanya tidak saja dari Pamur, tetapi dari
berbagai perguruan silat, seperti Tapak Suci, Pagar Nusa, dan lain-lain.
Menghadapi kejuaraan tingkat provinsi ini, latihan Nadia cs memang cukup getol. Di sela-sela pelaksanaan sekolah yang dikelola secara full day ini, sang pelatih sepertinya tak mau kehilangan kesempatan berharga. Waktu latihan kadang-kadang dilaksanakan pagi saat jam olah raga atau istirahat, sore selepas jam pelajaran, atau bahkan malam sekalipun. Senangnya, saya tidak pernah mendengar keluhan meluncur dari bibir Nadia yang kini kelas 6, meski sesekali menjelang tidur saya pijitin sekujur kakinya. Ini saya lakukan sekadar memberikan support agar Nadia tetap bersemangat dalam berlatih.
Tepat pukul 16.30 mobil yang pagi tadi, sekitar pukul 06.10 membawa Nadia cs menuju arena kejuaraan, memasuki halaman SDIT Al Ibrah di Jl. Tanjung Wira, komplek Gresik Kota Baru (GKB). Dengan raut muka terlihat letih Nadia cs, didampingi pelatih dan beberapa gurunya turun dari mobil KIA warna metalik ini. Sambil menenteng piala, Nadia bersama teman-temannya menuruni mobil yang kemudian saya sambut dengan pelukan dan ucapan selamat. Setelah membawa dan menaruh piala di kantor sekolah, Nadia cs memilih duduk-duduk sebentar di teras masjid sekolah, sekadar melepas lelah. Beberapa menit kemudian, kami pun berboncengan sepeda motor pulang yang berjarak sekitar 6 km.
Belum 50 meter kami beranjak, dengan nada setengah mbengok (teriak), Nadia yang rada tomboy ini bilang, "Yah, makan dulu. Laper niiiih.".
Tanpa babibu, spontan saya jawab, "Oke, siaaaaaaap ...!"
Saat saya tanya makan di mana, dia memilih rumah makan "Ayam Penyet Surabaya" di Jl. Jawa, GKB. Dengan langkah cepat penuh semangat (karena lapar kali, hehe) Nadia langsung menuju tempat pemesanan. Saat disodori daftar makanan dan minuman, mata Nadia tertarik pada menu bebek rica-rica plus jus apukat. Seperti macan kelaparan, Nadia tampak lahap meski bebek yang tersaji masih panas. Hmmmm...nyam nyam. Setelah membayar di kasir yang terletak di sisi depan, kami pun meninggalkan rumah makan yang tata letak untuk pengunjungnya menyediaan kursi-meja, juga sebagian untuk lesehan.
Sesampai bunderan GKB, gerbang selatan perumahan yang berbatasan dengan Jl. Wahidin Sudirohusodo (jalur utama penghubung kota Gresik dan Lamongan), Nadia minta berhenti. Rupanya dia masih haus setelah makan menu bebek yang lumayan pedas itu. Dia memilih es cao. Sambil nyruput es yang dibungkus plastik, Nadia menuju penjual es jus yang bersebelahan dengan lokasi es cao dan deretan penjual aneka makanan dan minuman.
Menghadapi kejuaraan tingkat provinsi ini, latihan Nadia cs memang cukup getol. Di sela-sela pelaksanaan sekolah yang dikelola secara full day ini, sang pelatih sepertinya tak mau kehilangan kesempatan berharga. Waktu latihan kadang-kadang dilaksanakan pagi saat jam olah raga atau istirahat, sore selepas jam pelajaran, atau bahkan malam sekalipun. Senangnya, saya tidak pernah mendengar keluhan meluncur dari bibir Nadia yang kini kelas 6, meski sesekali menjelang tidur saya pijitin sekujur kakinya. Ini saya lakukan sekadar memberikan support agar Nadia tetap bersemangat dalam berlatih.
Tepat pukul 16.30 mobil yang pagi tadi, sekitar pukul 06.10 membawa Nadia cs menuju arena kejuaraan, memasuki halaman SDIT Al Ibrah di Jl. Tanjung Wira, komplek Gresik Kota Baru (GKB). Dengan raut muka terlihat letih Nadia cs, didampingi pelatih dan beberapa gurunya turun dari mobil KIA warna metalik ini. Sambil menenteng piala, Nadia bersama teman-temannya menuruni mobil yang kemudian saya sambut dengan pelukan dan ucapan selamat. Setelah membawa dan menaruh piala di kantor sekolah, Nadia cs memilih duduk-duduk sebentar di teras masjid sekolah, sekadar melepas lelah. Beberapa menit kemudian, kami pun berboncengan sepeda motor pulang yang berjarak sekitar 6 km.
Belum 50 meter kami beranjak, dengan nada setengah mbengok (teriak), Nadia yang rada tomboy ini bilang, "Yah, makan dulu. Laper niiiih.".
Tanpa babibu, spontan saya jawab, "Oke, siaaaaaaap ...!"
Saat saya tanya makan di mana, dia memilih rumah makan "Ayam Penyet Surabaya" di Jl. Jawa, GKB. Dengan langkah cepat penuh semangat (karena lapar kali, hehe) Nadia langsung menuju tempat pemesanan. Saat disodori daftar makanan dan minuman, mata Nadia tertarik pada menu bebek rica-rica plus jus apukat. Seperti macan kelaparan, Nadia tampak lahap meski bebek yang tersaji masih panas. Hmmmm...nyam nyam. Setelah membayar di kasir yang terletak di sisi depan, kami pun meninggalkan rumah makan yang tata letak untuk pengunjungnya menyediaan kursi-meja, juga sebagian untuk lesehan.
Sesampai bunderan GKB, gerbang selatan perumahan yang berbatasan dengan Jl. Wahidin Sudirohusodo (jalur utama penghubung kota Gresik dan Lamongan), Nadia minta berhenti. Rupanya dia masih haus setelah makan menu bebek yang lumayan pedas itu. Dia memilih es cao. Sambil nyruput es yang dibungkus plastik, Nadia menuju penjual es jus yang bersebelahan dengan lokasi es cao dan deretan penjual aneka makanan dan minuman.
Ups,
tampaknya Nadia punya rencana khusus. Dia pesan beberapa bungkus es jus yang
ternyata untuk oleh-oleh buat ibu, kakak dan dua adiknya. Saya hanya tersenyum
di atas sepeda motor menyaksikan ulah si tomboy
ini.
Setelah semua dia bayar, kami pun melaju menuju rumah di Perum Griya Karya Giri Asri. Dalam perjalanan, iseng-iseng saya tanya, "Kok banyak yang dibeli, Mbak? Kan tadi pagi ayah ngasih sangunya gak banyak."
Mendengar pertanyaan saya, dengan enteng dia pun menjawab, "Aku tadi dikasih bonus sama Kak Agus lima puluh ribu (maksudnya Rp 50.000) karena juara. Tenang Yah, besok aku pasti dapat bonus juga dari ustadzah dan ustad," seraya menyebut beberapa nama guru dan wali kelasnya, yang katanya menjanjikan bonus jika juara.
Dalam hati, saya pun bergumam, "Oalaaaah, ndhuk ...ndhuk. Tahu gitu ayah yang ngojek ini juga minta traktiran, hehe."
Malam ini, tepat pukul 00.00, saya lihat Nadia begitu pulas tidurnya. Dengan senyum kemenangan atas apa yang baru saja dia dan teman-temannya raih, dia pasti bakal pamer piala terbarunya melengkapi deretan piala yang ada di rumah. Selamat dan sukses, pendekar cilikku.
Setelah semua dia bayar, kami pun melaju menuju rumah di Perum Griya Karya Giri Asri. Dalam perjalanan, iseng-iseng saya tanya, "Kok banyak yang dibeli, Mbak? Kan tadi pagi ayah ngasih sangunya gak banyak."
Mendengar pertanyaan saya, dengan enteng dia pun menjawab, "Aku tadi dikasih bonus sama Kak Agus lima puluh ribu (maksudnya Rp 50.000) karena juara. Tenang Yah, besok aku pasti dapat bonus juga dari ustadzah dan ustad," seraya menyebut beberapa nama guru dan wali kelasnya, yang katanya menjanjikan bonus jika juara.
Dalam hati, saya pun bergumam, "Oalaaaah, ndhuk ...ndhuk. Tahu gitu ayah yang ngojek ini juga minta traktiran, hehe."
Malam ini, tepat pukul 00.00, saya lihat Nadia begitu pulas tidurnya. Dengan senyum kemenangan atas apa yang baru saja dia dan teman-temannya raih, dia pasti bakal pamer piala terbarunya melengkapi deretan piala yang ada di rumah. Selamat dan sukses, pendekar cilikku.
Gresik,
Tengah Malam, 10 November 2013
Smoga jadi bekal berharga untuk membentengi diri ya, Ndhuk.
ReplyDelete