Rabu, 6
Desember 2012 kemarin, merupakan hari yang membuat saya merasa lebih berarti untuk
menebar kebajikan, spirit kehidupan yang secara pribadi ingin terus saya
kembangkan. Di mana pun berada, saya akan berupaya membuat diri saya bermanfaat
bagi sesame, di baik di lingkungan keluarga, masyarakat, juga sejumlah
komunitas yang di dalamnya saya ikut berkiprah.
Bertempat di Resto Pena, salah satu lokasi kongkow di Graha Pena (Jawa Pos Group) di Jl. A. Yani Surabaya, saya cangkrukan dengan empat sahabat saya yang kebetulan seangkatan dan sejurusan, yakni Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, ketika ngangsu kaweruh di IKIP Surabaya. Mereka adalah Dr Syamsul Sodiq (Kajur Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia-FBS-Unesa), Dr Djumadi (pebisnis sektor pendidikan yang pernah ikut membesarkan LBB Primagama dan kini mengelola sejumlah lembaga pendidikan), Eko Pamuji dan Nur Syaifudin. Dua nama terakhir adalah pentolan harian Bangsa (Jawa Pos Group).
Sekitar 2,5
jam sejak pukul 16.00 WIB kami ngobrol
dan mendiskusikan banyak hal seputar isu-isu pendidikan, khususnya Bahasa dan
Sastra Indonesia. Satu komitmen kami, membuat Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia
(JBSI) menjadi jurusan favorit di Unesa. Untuk maksud ini, kami menyiapkan pola
untuk mengolaborasikan peran alumni JBSI dan jurusan yang saat ini dikomandani
mas Syamsul Sodiq.
Sejumlah agenda aksi tengah kami siapkan untuk memberikan penguatan dan pemberdayaan (empowering), baik kepada jurusan (para dosen dalam mentrasfer ilmu mereka kepada mahasiswa) maupun kepada para mahasiswa. Goal-nya, memberikan nilai tambah kepada jurusan dan lulusan JBSI. Karena itu, fokus yang tengah kami rancang ada dua bingkai besar. Pertama, memberikan penguatan dan pemberdayaan pada aspek akademik. Kedua, memompa semangat dan mendampingi mahasiswa untuk menyiapkan diri memasuki dunia kerjan, baik dalam kapasitas mereka sebagai profesional maupun wirausaha.
Penguatan danpemberdayaan di ranah akademik akan kami realisasikan dengan menerbitkan beberapa buku pendamping yang praktis dan pragmatis, serta gampang diaplikasikan. Kami tidak akan mengotak-atik, apalagi merombak kurikulum atau materi pembelajaran yang selama ini diberlakukan. Kami juga tidak bermaksud mengurangi jam pelajaran para dosen yang telah direncanakan. Tetapi, kami akan menyuntikkan "multi-vitamin" yang akan memberikan tambahan energi dalam proses pembelajaran untuk mendekatkan dan mengorelasikan dunia pendidikan dengan dunia kerja.
Sejumlah agenda aksi tengah kami siapkan untuk memberikan penguatan dan pemberdayaan (empowering), baik kepada jurusan (para dosen dalam mentrasfer ilmu mereka kepada mahasiswa) maupun kepada para mahasiswa. Goal-nya, memberikan nilai tambah kepada jurusan dan lulusan JBSI. Karena itu, fokus yang tengah kami rancang ada dua bingkai besar. Pertama, memberikan penguatan dan pemberdayaan pada aspek akademik. Kedua, memompa semangat dan mendampingi mahasiswa untuk menyiapkan diri memasuki dunia kerjan, baik dalam kapasitas mereka sebagai profesional maupun wirausaha.
Penguatan danpemberdayaan di ranah akademik akan kami realisasikan dengan menerbitkan beberapa buku pendamping yang praktis dan pragmatis, serta gampang diaplikasikan. Kami tidak akan mengotak-atik, apalagi merombak kurikulum atau materi pembelajaran yang selama ini diberlakukan. Kami juga tidak bermaksud mengurangi jam pelajaran para dosen yang telah direncanakan. Tetapi, kami akan menyuntikkan "multi-vitamin" yang akan memberikan tambahan energi dalam proses pembelajaran untuk mendekatkan dan mengorelasikan dunia pendidikan dengan dunia kerja.
Dua
tahun silam, sahabat saya Djumadi, melakukan penelitian dengan menjadikan para
guru bahasa Indonesia sebagai objek penelitian. Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui kemampuan para guru tersebut dalam mengerjakan soal-soal Unas untuk
pelajaran bahasa Indonesia yang diberlakukan bagi murid-murid mereka.
Menurut
Djumadi, hasil penelitian yang dilakukan 2010 itu di luar dugaan dan sangat
mencengangkan. Ternyata, rata-rata guru hanya mampu mengerjalan soal (dengan
jawaban yang benar), 30 persen. Ini memang sangat mengejutkan. Layak kalau
rata-rata nilai pelajaran bahasa Indonesia yang dicapai peserta Unas di
berbagai jenjang pendidikan, lebih rendah ketimbang pelajaran lainnya, seperti
IPA, matematika, juga bahasa Inggris.
"Kalau gurunya saja hanya mampu mengerjakan soal-soal Unas hanya 30 persen, apalagi muridnya? Krn itu, yang mendesak dibenahi lebih dulu memang gurunya," kata Djumadi berapi-api.
Hasil penelitian tersebut tentu tidak dimaksudkan mengerdilkan semangat dan nyali para guru untuk terus mengembangkan sistem dan pola pembelajaran yang efektif. Sebaliknya, data dan fakta tersebut bisa dijadikan pelecut semangat untuk terus berbenah diri, meminimalkan kekurangan, sehingga out put pembelajaran bisa dioptimalkan. Untuk maksud itu, pembenahan mesti dilakukan di sektor hulu, yakni para mahasiswa yang calon guru JBSI.
Sementara kepada mahasiswa akan diberikan penguatan dan pemberdayaan dengan memompakan motivasi, bahwa lulusan JBSI merupakan sumber daya manusia (SDM) plus plus yang mampu menembus dunia kerja, tidak hanya di sektor pendidikan (baca: guru), tetapi berbagai sektor lain yang segmennya justru lebih luas.
"Kalau gurunya saja hanya mampu mengerjakan soal-soal Unas hanya 30 persen, apalagi muridnya? Krn itu, yang mendesak dibenahi lebih dulu memang gurunya," kata Djumadi berapi-api.
Hasil penelitian tersebut tentu tidak dimaksudkan mengerdilkan semangat dan nyali para guru untuk terus mengembangkan sistem dan pola pembelajaran yang efektif. Sebaliknya, data dan fakta tersebut bisa dijadikan pelecut semangat untuk terus berbenah diri, meminimalkan kekurangan, sehingga out put pembelajaran bisa dioptimalkan. Untuk maksud itu, pembenahan mesti dilakukan di sektor hulu, yakni para mahasiswa yang calon guru JBSI.
Sementara kepada mahasiswa akan diberikan penguatan dan pemberdayaan dengan memompakan motivasi, bahwa lulusan JBSI merupakan sumber daya manusia (SDM) plus plus yang mampu menembus dunia kerja, tidak hanya di sektor pendidikan (baca: guru), tetapi berbagai sektor lain yang segmennya justru lebih luas.
Kami akan
menghadirkan sejumlah alumni JBSI yang telah sukses di dunia atau bidang masing-masing
dalam forum diskusi panel yang akan diikuti para mahasiswa. Selain guru, akan
kami hadirkan alumni yang sukses dalam berwirausaha, pejabat/birokrat,
jurnalis, editor, dai/mubaligh dan sebagainya. Kami akan membuka mata para
mahasiswa, bahwa peluang lulusan JBSI memasuki dunia kerja sangat ... sangat
terbuka.
Untuk maksud itu, kami akan memberikan tambahan bekal kepada mahasiswa untuk mempercepat langkah memasuki dunia kerja. Beberapa bidang yagn kami siapkan di antaranya, jurnalistik, kepenyiaran, public speaking, kewirausahaan, juga memperkuat jejaring di antara alumni, mahasiswa, jurusan, dan "dunia luar".
Untuk maksud itu, kami akan memberikan tambahan bekal kepada mahasiswa untuk mempercepat langkah memasuki dunia kerja. Beberapa bidang yagn kami siapkan di antaranya, jurnalistik, kepenyiaran, public speaking, kewirausahaan, juga memperkuat jejaring di antara alumni, mahasiswa, jurusan, dan "dunia luar".
Kami juga
segera menghidupkan website JBSI yang
diharapkan bisa dimanfaatkan sebagai sarana komunikasi efektif dalam
memaksimalkan potensi, termasuk dlm perspektif membedah peluang lapangan kerja.
Saat ini, konsep lagi dimatangkan oleh tim khusus utk menyinergikan peran dan
kontribusi yang siap diberikan alumni dengan program jurusan.
Untuk maksud tersebut, wahai para alumni JBSI, kami memanggilmu. Saatnya kita berbagi untuk memajukan dan mengembangkan JBSI sehingga menjadi jurusan favorit di Unesa. Hadir dan berkontribusilah untuk JBSI dan Unesa, karena separo jiwa kami adalah kamu!
Untuk maksud tersebut, wahai para alumni JBSI, kami memanggilmu. Saatnya kita berbagi untuk memajukan dan mengembangkan JBSI sehingga menjadi jurusan favorit di Unesa. Hadir dan berkontribusilah untuk JBSI dan Unesa, karena separo jiwa kami adalah kamu!
Surabaya, 7 Desember 2012
Suhartoko
No comments:
Post a Comment