Di depan cermin kuberkaca
kulihat sesosok tubuh berdiri tanpa suara
matanya memandang hina
menatapku penuh cela
senyum tipis di bibirnya hampir sirna
berhias seribu cerca
Terbersit sebuah rasa di hati
tentang kekufuran diri
tentang syukurku yang telah pergi
Di depan cermin kuberkaca
kulihat sesosok tubuh berdiri tanpa suara
matanya memandang penuh puja
menatapku penuh makna
senyum tipis di bibirnya seakan berkata
kau sangat sempurna
Terbersit sebuah rasa di hati
tentang kesombongan yang singgah di dalam diri
tentang keangkuhan tanpa kesadaran nurani
PujanggA
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Blog Archive
-
▼
2010
(94)
-
▼
June
(16)
- Menguji Kemandirian Muhammadiyah
- Vertical Housing dan Tantangan Kultur
- Apa Kabar, SMF?
- Pergeseran Paradigma Parpol
- Menyatu rasa
- Hati Tak Bertuan
- Kepada-Mu Jua
- Semerbak Tanpa Batas
- Cermin
- Muhammadiyah dalam Politik Nasional (2-Habis)
- Bank Penggosong Nasabah
- Muhammadiyah dalam Politik Nasional (1)
- Akuntabilitas dan Stigma Sekolah Mahal
- Distorsi Pendidikan Kita
- Kumpulan Rubrik
- Sekilas Mashartoko
-
▼
June
(16)

No comments:
Post a Comment